Tuesday, 6 November 2012

Tazkirah - Manusia Diantara Dua Tangisan

Air mata seorang manusia hanyalah umpama air kotor di perlimpahan. Namun setetes air mata karena takut kepada Tuhan (ALLAH) ibarat permata indahnya gemerlapan terpancar dari segala arah dan penjuru.

Penghuni Surga ialah mereka yang banyak mencucurkan air mata Demi ALLAH dan Rasulnya bukan semata karena harta dan kedudukan. Pencinta dunia menangis karena dunia yang

hilang. Perindu akhirat menangis karena dunia yang datang. "Alangkah sempitnya kuburku," keluh seorang bathil, "Alangkah sedikitnya hartaku," kesal si hartawan (pemuja dunia). Dari mata yang mengintai setiap kemewahan yang mulus penuh rakus, mengalirlah air kecewa kegagalan. Dari mata yang redup merenung Hari Akhirat yang dirasakan dekat, mengalirkan air mata insaf mengharap kemenangan, serta rindu akan RasulNya.

"Penghuni Syurga itulah orang-orang yang menang." (Al-Hasr: 20)

Tangis adalah basahan hidup, justru Hidup dimulakan dengan tangis, Dicela oleh tangis dan diakhiri dengan tangis. Manusia sentiasa dalam dua tangisan. Sabda Rasulullah S.A.W. "Ada dua titisan yang ALLAH cintai, pertama titisan darah para Syuhada dan titisan air mata yang jatuh karena takut akan ALLAH." Nabi Muhammad S.A.W bersabda lagi, "Tangisan seorang pendosa lebih ALLAH cintai dari pada tasbih para wali." Oleh karena itu berhati-hatilah dalam tangisan, karena ada tangisan yang akan mengakibatkan diri menangis lebih lama dan ada tangisan yang membawa bahagia untuk selama-lamanya. Seorang pendosa yang menangis karena dosa adalah lebih baik dari pada yang berangan-angan tentang Syurga yang mana kelak ia akan bertakhta. Rarulullah S.A.W bersabda, "Kejahatan yang diiringi oleh rasa sedih, lebih ALLAH sukai dari satu kebaikan yang menimbulkan rasa takabur."

Bukankah Rasulullah S.A.W pernah bersabda, "Neraka dipagari nikmat, syurga dipagari bala." Menangislah wahai diri, agar senyumanmu banyak di kemudian hari. Karena engkau belum tahu, nasibmu dihisab kanan atau hisab kiri. Di sana, lembaran sejarahmu dibuka satu persatu, menyemarakkan rasa malu berabad-abad lamanya bergantung kepada syafaat Rasulullah yang dikasihi Tuhan. Kenangilah, sungai-sungai yang mengalir itu banjiran air mata Nabi Adam AS yang menangis bertaubat, maka suburlah dan sejahteralah bumi karena terangkatnya taubat.

Menangislah seperti Sayyidina Umar Bin Khattab r.a yang selalu memukul dirinya dengan berkata, "Kalau semua masuk ke dalam syurga kecuali seorang, aku takut akulah orang itu."

Menangislah sebagaimana Ummu Sulaim r.a apabila ditanya, "Kenapa engkau menangis? Aku tidak mempunyai anak lagi untuk aku kirimkan ke medan Perang," jawab Ummu Sulaim r.a.

Menangislah sebagaimana Ghazwan yang tidak sengaja terpandang wanita rupawan. Diharamkan matanya dari memandang ke langit seumur hidup, lalu berkata: "Sesungguhnya engkau mencari kesusahan dengan pandangan itu." Ibnu Masud r.a berkata: "Seorang yang mengerti Al Quran dikenali waktu malam ketika orang lain tidur dan waktu siangnya ketika orang lain tidak berpuasa, sedihnya ketika orang lain sedang gembira dan tangisnya di waktu orang lain tertawa. Diamnya di waktu orang lain berbicara, khusuknya di waktu orang lain berbangga. Seharusnya, orang yang mengerti Al Quran itu tenang, lunak dan tidak boleh menjadi seorang yang keras, kejam, lalai, bersuara keras dan marah. Tanyailah orang-orang shaleh mengapa dia tidak berhibur, "Bagaimana hendak bergembira sedangkan mati itu di belakang kami, kubur di hadapan kami, kiamat itu janjian kami, neraka itu memburu kami dan perhentian kami ialah ALLAH." Menangislah di sini, sebelum menangis di sana...

No comments:

Post a Comment